Posted on

Kehidupan Masyarakat Wuhan Yang Diisolasi Akibat Wabah Virus Corona

Wabah virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada Desember lalu terus menyebar. Hingga Minggu kemarin, korban jiwa akibat virus corona sudah mencapai angka 814. Artinya, korban jiwa akibat virus corona telah melampaui wabah SARS di China pada 2002-2003 silam dengan 744 orang. Sebagai antisipasi penyebaran, pemerintah China melakukan “penguncian” wilayah Wuhan, akses keluar masuk kota tersebut sangatlah dibatasi.  “Penguncian” wilayah Wuhan ini memberikan kisah tersendiri bagi salah satu warga di Wuhan, Wu Chen.

Wu Chen mengkarantina dirinya sendiri di apartemennya di Wuhan. Selama ini, ia hanya ditemani oleh kucingnya, Baozi. Ia memeriksa suhu tubuhnya sendiri dua kali sehari, satu kali di pagi hari dan satu kali di malam hari. Selain itu, Wu juga rajin membersihkan apartemennya untuk meminimalkan risiko terkena virus corona yang mematikan, yang kini telah menewaskan sedikitnya 780 orang di seluruh dataran China.

Wu merupakan satu dari jutaan orang yang semuanya terkurung di rumah mereka di Wuhan dan beberapa kota China lainnya, karena pihak berwenang memberlakukan karantina atau penutupan wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penguncian ini juga belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Infeksi meningkat Sejak 13 Januari 2020 lalu, perancang grafis berusia 26 tahun ini hanya beberapa kali berkelana di luar tempat tinggalnya. Itu pun dilakukan hanya untuk membeli persediaan makanan dan masker pelindung, serta mengumpulkan makanan bagi kucingnya.

“Teman saya bilang dia bisa memberi saya secara gratis, jadi saya pergi ke sana untuk mendapatkan makanan kucing dan masker. Dalam perjalanan, saya hampir tidak melihat orang di jalan-jalan. Ini seperti di seluruh Kota Wuhan,” kata dia.

Sejak Wu membatasi dirinya dengan dunia luar, jumlah infeksi dan kematian di provinsi Hubei telah meningkat. Saat periode karantina di Wuhan resmi diumumkan pada 23 Januari 2020, setidaknya 1.000 orang telah terinfeksi oleh virus yang sangat menular di daratan China ini. Penguncian yang dilakukan ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam respons bencana di China, termasuk saat epidemi SARS tahun 2003 silam.

Puluhan juta orang sekarang tidak dapat meninggalkan kota dan daerah sekitarnya, dengan pos-pos pemeriksaan kesehatan didirikan di jalan-jalan, penerbangan dibatalkan dan polisi militer memblokir stasiun-stasiun kereta. Video dan foto dari dalam zona karantina di Wuhan telah menunjukkan rumah sakit dipenuhi orang-orang dan rak-rak supermarket terlihat kosong saat persediaan mulai menipis. Namun Wu dan beberapa warga lokal mengatakan, mereka mempercayai pemerintah setempat mampu untuk mengendalikan virus itu.

“Saya tidak benar-benar mengalami kesulitan nyata dalam kehidupan sehari-hari sekarang, kecuali saya sangat bosan,” ujar dia. 

Sedikit pilihan makanan Cerita lain dialami sepasang suami istri, Justin Steece dan Li Ling yang baru saja dikarunia anak laki-laki pertamanya, Colm pada 5 Januari 2020. Li Ling melahirkan di rumah sakit Wuhan, di mana saat ini Steece yang berprofesi sebagai guru di Amerika Serikat ini, tengah mati-matian berusaha menemukan cara untuk mengeluarkan keluarganya dari kota dan kembali ke Negeri Paman Sam. Konsulat AS di Wuhan telah mengevakuasi seluruh stafnya, dengan menerbangkan empat pesawat evakuasi meninggalkan Wuhan ke Amerika. Pesawat mengangkut warga AS yang dianggap paling berisiko tertular virus.

Sementara itu, dikabarkan tidak ada lagi penerbangan evakuasi yang dijadwalkan. Menunggu hingga mendapat kabar dapat keluar dari Wuhan, Steece mengambil setiap tindakan pencegahan untuk menghindari terpapar virus 2019-nCoV. Ketika pergi keluar untuk membeli bahan makanan, dia memakai masker wajah hingga kacamata hitam. Selain itu, ia juga mengenakan lapisan pakaian ekstra, yang kemudian dicuci begitu kembali ke rumah. Semua tas belanja yang digunakannya dibersihkan dengan hati-hati menggunakan sabun. Stecee menuturkan, di supermarket hanya tersedia sedikit pilihan makanan, di mana produk makanan segar jarang ditemukan. 

Membunuh waktu Saat masa karantina terus berlanjut, penduduk datang untuk berbagi sumber daya atau mengirim kelompok-kelompok kecil pergi berbelanja untuk beberapa keluarga. Ini dilakukan agar membatasi kemungkinan terinfeksi virus corona. Di kota kecil Sandouping yang terletak di tepi sungai, di provinsi Hubei, sekitar 300 kilometer dari Wuhan, peneliti Ping Huang mengatakan bahwa keluarganya baru-baru ini membagikan sekitar 750 kilogram atau setara 1.653 pon sayuran kepada polisi dan dokter.

“Keluarga saya mengelola sebuah hotel kecil di sini. Kami memiliki lebih dari cukup persediaan makanan bagi para wisatawan yang seharusnya mengunjungi daerah ini selama (Tahun Baru Imlek),” ujar Huang.

Saat keluarga-keluarga di seluruh Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang menunggu penguncian ditutup, media sosial China telah dibanjiri dengan video-video warga menghibur diri mereka dengan menari di ruang keluarga mereka atau memerankan kembali opera-opera China. Wu juga turut mengunggah video ke media sosial TikTok. Dalam salah satu videonya, Wu bermain petak umpet dengan kucingnya. Saat tidak di depan kamera, Wu mengatakan dia melakukan push up, menonton TV, dan melatih tulisan tangannya untuk menghabiskan waktu.

“Saya berharap pemerintah mengendalikan situasi sebelumnya. Jika itu yang terjadi, mungkin epidemi tidak akan berlangsung selama ini,” ujar dia.

Hingga Minggu sore, banyaknya korban meninggal karena terinfeksi virus corona sebanyak 814 orang. Mayoritas korban meninggal berasal dari China, Sementara itu, kematian di luar China dilaporkan di Hong Kong dan Filipina dengan masing-masing sebanyak 1 orang. Total korban yang dinyatakan sembuh sebanyak 2.884, dimana kasus terkonfirmasi hingga Minggu sore sebanyak 37.590 kasus. 

Kasus Wuhan ini menjadi pelajaran bagi banyak orang untuk dapat menjaga kesehatannya, pemilihan makanan yang higienis agar aman dikonsumsi sehingga menghindari adanya penularan virus dari hewan-hewan yang dikonsumsi. Untuk menjaga kesehatan masyarakat harus rutin cek kesehatan di rumah sakit terdekat. Setiap rekam medis ini harus dicatat secara jelas karena akan memudahkan dokter mengidentifikasi riwayat kesehatan kamu sebelumnya. Dalam mencatat riwayat medis dengan mudah dan lengkap AELL hadir membantu pasien dan rumah sakit.

AELL sebagai salah satu teknologi berbasis blockchain memberikan kemudahan bagi pasien dan rumah sakit dalam proses administrasi pasien. Rekam medis pasien yang tercatat dengan menggunakan teknologi blockchain sehingga data yang dapat disimpan lama dan aman. Menggunakan AELL catatan medis pasien akan tercatat sehingga dokter mudah dalam mendeteksi catatan riwayat pasien dengan cepat dengan menggunakan teknologi blockchain. AELL hadir memberikan kemudahan bagi pasien-pasien yang harus terjebak proses administrasi rumah sakit yang melelahkan, dengan adanya kemudahan ini kesehatan pasien menjadi keutamaan kita semua. Info selengkapnya AELL klik disini https://www.aell.co/