Posted on

Apakah Indonesia Benar Bebas Virus Corona atau Tidak Terdeteksi?

Saat ini Indonesia dikepung oleh negara-negara tetangga yang sudah terkena virus corona. Hingga saat ini, di Indonesia sama sekali belum ditemukan kasus mengenai virus corona. Hampir setiap hari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan kasus baru di sejumlah negara. Korban yang meninggal dunia pun semakin bertambah setiap harinya data terbaru yang diberitakan Reuters menyebut angka kematian per minggu 9/2 mencapai 811 jiwa. 

Mengutip dari AFP, tercatat ada lebih dari 80 kasus kematian baru di Hubei, provinsi di China yang menjadi pusat wabah. Angka 811 jiwa ini telah melampaui kasus SARS pada tahun 2003 berjumlah 349 jiwa. 

Virus corona hingga saat ini telah menjangkiti 37.000 orang di 28 negara, termasuk kawasan Asia Tenggara. Namun untuk wilayah Indonesia, Kementerian kesehatan belum melaporkan adanya kasus pasien positif virus corona. Apa benar karena Indonesia kebal dengan virus atau Indonesia tidak bisa mendeteksi virus corona ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Indonesia harus melakukan persiapan lebih matang lagi demi menghadapi risiko penyebaran virus corona. Mereka khawatir Indonesia tidak bisa mendeteksi virus tersebut, padahal negara-negara tetangga sudah melaporkan beberapa orang terjangkit.

Badan kesehatan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga khawatir bahwa sampai saat ini belum ada kasus virus corona yang terdeteksi di Indonesia, sementara sampai saat ini total jumlah kasus epidemi itu telah mencapai lebih dari 40 ribu di seluruh dunia, terutama China. WHO menginginkan pemerintah Indonesia meningkatkan sistem pengawasan, pemantauan, sistem deteksi, dan persiapan lainnya di setiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani virus corona.

Perwakilan WHO di Indonesia Dr. Navaratna Samy Paranietharan mengatakan, Indonesia telah mengambil “langkah konkret” untuk mempertahankan diri dari insiden potensial, tetapi masih banyak yang harus diupayakan. Dia menyebutkan Indonesia telah menyiapkan fasilitas untuk merawat pasien yang terinfeksi dan mulai memeriksa dan menyaring orang-orang di perbatasan internasional. Namun, metode diagnostiknya masih lemah, kata Paranietharan.

Ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi 2019-nCoV minggu ini adalah kemajuan yang signifikan, imbuh Paranietharan, menggunakan sebutan untuk virus corona baru ini, 2019-nCoV. Dr Paranietharan menyatakan, WHO khawatir mengingat tidak ada kasus yang teridentifikasi, tetapi petugas medis telah memverifikasi pengujian laboratorium mereka berfungsi dengan baik.

Kekhawatiran WHO terjadi karena salah satu ekspatriat Australia yang tinggal di Bali takut dia terjangkit virus corona, saat memeriksakan dirinya ke rumah sakit, ia mengkritik tajam perawatannya di fasilitas kesehatan setempat. Pria itu, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Daily Mail Australia ia periksa ke Rumah Sakit Sanglah di Denpasar pada 26 Januari karena merasa sakit setelah pulang dari perjalanan ke Singapura. 

Orang Australia itu menjelaskan, sebelumnya dia ditolak di rumah sakit lain, yang merekomendasikan RS Sanglah karena RS tersebut merupakan satu-satunya fasilitas yang dilengkapi dengan pengujian penyakit itu.

Namun, begitu dia tiba di RS Sanglah, dia terus dilempar ke beberapa departemen.Tidak ada staf yang memakai masker atau menganggapnya serius. Saya diminta mengisi formulir dan (diberitahu) untuk periksa ke dokter biayanya Rp500.000,” ucapnya. Begitu dia bertemu dengan dokter, dokter itu mengatakan dia tidak bisa menjalani tes karena dia tidak mengunjungi China baru-baru ini.

Lalu dia mengatakan “Jadi, apa saya harus pergi saja dan mati?” 

“Bahkan dokter itu tidak mengukur suhu, tekanan darah, atau mengambil sampel darah saya.”

Pria itu, yang kemudian didiagnosis menderita radang paru-paru, menyebutkan dia lebih khawatir dengan kurangnya laporan resmi, mengingat prosedur pengujian yang tidak memadai. Menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, lebih dari satu juta orang Australia berlibur di Indonesia setiap tahun.

Pada 2019, lebih dari dua juta turis China pergi ke Indonesia. Indonesia saat ini telah melarang semua perjalanan dari dan ke China. Pengunjung yang telah tinggal di China selama 14 hari atau lebih, tidak diizinkan masuk ke Indonesia. Sementara itu, kasus-kasus virus corona telah tercatat di negara-negara tetangga, termasuk Australia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Filipina.

Diharapkan untuk seluruh masyarakat Indonesia tetap menjaga kesehatan, berolahraga yang rutin, menjaga imun tubuh agar tetap sehat, dan menggunakan masker pelindung untuk antisipasi penyebaran virus. Meski Indonesia belum memiliki kasus virus corona tetapi kita harus tetap waspada mengingat betapa ganasnya virus tersebut. 

Dalam mengantisipasi banyaknya kasus penyakit yang sudah mewabah, pentingnya kemudahan administrasi rumah sakit dalam memudahkan pasien saat berobat, pasien yang harus melewati proses administrasi yang berulang kali terjadi kadang memakan waktu yang lama. Dengan Adanya teknologi yang dapat membantu pasien dan rumah sakit dalam mendata data diri pasien dan riwayat penyakitnya. Proses ini yang dapat ditangani dengan menggunakan teknologi blockchain yang mampu mendata riwayat data diri pasien tanpa takut disalah gunakan karena menggunakan sistem konfirmasi pihak bersangkutan, blockchain dengan sistem desentral yang aman dari kecolongan sistem. Kemudahan ini dapat dilakukan AELL sebagai aplikasi berbasis blockchain yang membantu pasien dan rumah sakit lebih mudah dalam setiap prosesnya. Klik link berikut untuk informasi AELL lebih lanjut www.aell.co