Posted on

Perkembangan Teknologi untuk Hadapi COVID-19 (Ep 2)

Kriinnggg.. kringg… kringggg…

Suara telepon berdering keras, membangunkan Vania dari tidur lelapnya. Masih dalam kondisi mengantuk. Vania meraih handphone yang berada di atas meja belajar. Telepon masuk tersebut dari temannya, Putri. Vania cukup terkejut lalu duduk di pinggir ranjangnya dan mencoba untuk kembali menghubungi Putri. 

“Kenapa, Put? Kok nelfon larut banget?” tanya Vania.

“Badanku panas banget, Van. Kepalaku mulai pusing. Dari Tadi sore udah panas banget.” Jawabnya.

Seketika Vania langsung teringat dengan gejala awal seseorang terjangkit COVID-19, yaitu demam tinggi. Sontak hal tersebut membuat Vania panik dan bingung harus melakukan apa. Vania pun mengajukan beberapa pertanyaan seputar gejala COVID-19 dan segera meminta Putri untuk menghubungi rumah sakit terdekat agar Putri dapat dijemput oleh ambulans dengan peralatan khusus. Ambulans pun segera datang menjemput Putri, karena memang ada aturan sendiri ketika menjemput pasien suspect COVID-19. Satu jam kemudian, Vania pun tiba di rumah sakit. 

“Mbak temannya pasien?” tanya salah satu perawat. 

“Iya, Suster. Gimana keadaannya?” jawab Vania.

“Sementara ini pasien kita pindahkan ke ruangan khusus untuk selanjutnya dilakukan pengecekan apakah gejala yang ditimbulkan adalah gejala COVID-19 atau tidak. Sementara itu, Mbak atau adakah saudaranya yang bisa membantu mengurus administrasi pasien?”

“Wah, dia ini merantau jadi gak ada saudaranya di sini. Yaudah saya aja yang bantu.”

Vania dan perawat tersebut pun pergi menuju ruang administrasi pasien. Di sana, ia diminta untuk mengisi formulir pendaftaran pasien baru. Ada 2 lembar dalam satu formulir yang harus diisi oleh Vania. Di dalam formulir tersebut ada banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Vania, sedangkan ia tidak terlalu tahu detail tentang Putri. Tetapi jika Vania terlambat mengisi formulir tersebut, maka tindakan medis yang akan didapatkan oleh Putri pun akan ikut terlambat. 

Vania pun sangat kebingungan, jika ia tidak mengisi formulir tersebut sesegera mungkin, Putri tidak akan mendapatkan tindakan medis. Ia coba berpikir kepada siapa ia harus bertanya. Sampai akhirnya ia mencoba untuk membuka handphone dan mencoba melihat kontak-kontak yang sekiranya ada sangkut-pautnya dengan Putri. 

“Ah iya! Kenapa gak coba telpon pacarnya Putri?” 

Lalu ia langsung menghubungi Robby, pacarnya Putri. Untung saja kontak Robby ada di handphone Vania. Setelah berbicara dengan Robby dan mengajukan beberapa pertanyaan yang sama dengan di formulir. Setelah hampir 2 jam, akhirnya Vania menutup telponnya dan segera kembali ke meja administrasi. Putri segera mendapatkan tindakan medis untuk mencari tahu apakah ia terjangkit COVID-19 atau tidak. Sambil mengusir rasa kantuknya, Vania memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tiba-tiba ia bertemu dengan Randi, temannya saat masih berkuliah. Randi pun bertanya kepada Vania mengapa ia di rumah sakit dan mengajak Vania untuk duduk di bangku dekat taman rumah sakit. Untung saja malam itu cukup hangat. Vania juga menceritakan bahwa sistem rumah sakit yang cukup ribet dan mengakibatkan terlambatnya tindakan medis dilakukan. 

“Iya, sistem rumah sakit memang ribet. Tapi ada lho sebuah sistem yang bisa bikin hal ribet itu menjadi hal yang simple!”

“Hah?Apaan?”

Sistem tersebut bernama AELL, merupakan sistem yang berbasis teknologi blockchain. Ada banyak sekali kemudahan yang ditawarkan oleh sistem canggih ini. Misalnya, mempermudah dan mempercepat administrasi rumah sakit seperti yang Vania alami. Nantinya, keluarga pasien juga bisa melihat perkembangan kondisi pasien secara real time dengan fasilitasnya yang bernama E-Medical Record. Untuk lebih jelasnya, yuk, klik link berikut ini https://www.aell.co/ 

“Bagus banget deh. Tapi, belum semua rumah sakit menggunakan sistem ini. Salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang aku tau sudah menggunakan sistem ini ada di RS Senantiasa Sehat.” 

“Wah dekat rumah ku dong! Berarti aku kalau berobat ya mending di sana aja, biar gak ribet.”

“Benar banget, semoga nantinya semua rumah sakit udah pakai sistem ini ya, supaya semua jadi lebih mudah.”

 

Seminggu kemudian, Putri pun dinyatakan negatif COVID-19 dan diperkenankan pulang. Putri sangat bersyukur karena hasil pemeriksaannya negatif karena jika ia harus dirawat, ia sungkan untuk meminta dana dari orang tuanya. Walaupun memiliki pekerjaan tetap, Putri masing susah untuk mengatur keuangannya sehingga di saat mendesak ia terkadang kewalahan. Oleh sebab itu, Vania merekomendasikan Putri untuk menggunakan YONK sebagai media untuk mengatur dan merencanakan keuangannya agar semua pemasukannya diatur sebaik mungkin. Klik https://www.yonk.io untuk informasi lebih lanjut.



Selain itu, Vania juga menyarankan Putri untuk kembali menggunakan Pure Heart jika nantinya ia terkendala biaya ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, misalnya ketika Putri butuh operasi mendadak dan putri tidak memiliki biaya. Atau mungkin saja putri bisa merekomendasikan sistem Pure Heart kepada saudara-saudaranya yang ada di kampung. Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk, kunjungi website Pure Heart di http://www.pureheart.ledgernow.com

 

Episode 1 —— Episode 3