Posted on

Melindungi Diri Pasca Banjir Dari Serangan Wabah Penyakit

Hujan yang sangat deras beberapa jam lalu mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya. Bertepatan dengan perayaan pergantian tahun, hujan turun hingga pagi hari. Layla yang saat itu sedang merayakan pergantian malam tahun baru bersama di taman rumah Nisa terpaksa harus merayakannya di dalam rumah tanpa ada kembang api yang dimainkan. Mereka mengisi detik – detik pergantian tahun hanya dengan menonton film bersama sambil makan camilan. Selain itu, mereka juga memainkan beberapa permainan di dalam ruangan sampai akhirnya saling bercerita satu sama lain hingga terlelap di ruang tamu.

Keesokan harinya, Layla terbangun untuk melaksanakan sholat Subuh dan ketika membuka matanya dan menurunkan kakinya dari sofa ruang tamu ia melihat sekeliling rumah Nisa dipenuhi dengan air setinggi mata kaki. Bahkan beberapa perabotan rumah seperti kipas angin, meja dan kursi meja makan sudah mulai berserakan akibat tergenang air. Layla langsung membangunkan teman-temannya untuk melihat apa yang telah terjadi. Teman – teman Layla pun kaget dan panik termasuk Nisa. Apalagi, kedua orang tua Nisa sedang berada di rumah neneknya di Sumedang.

Hujan diluar masih juga belum berhenti. Layla dan teman-temannya segera melakukan sholat subuh di lantai 2. Setelah selesai sholat, mereka bergegas untuk turun kebawah lagi mengamankan beberapa barang untuk dibawa ke tempat yang kering. Dalam keadaan banjir seperti ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah mematikan aliran listrik agar tidak kesetrum karena kondisi sekitar yang basah. Air di bawah juga semakin tinggi hampir menyentuh lutut orang dewasa. Layla berusaha untuk bisa menenangkan teman-temannya agar tidak panik, karena dalam hal seperti ini menjadi tetap tenang adalah hal yang perlu dilakukan. Layla dan teman-temannya saling bergotong-royong mengamankan barang untuk diangkat ke lantai 2 termasuk stok persediaan makanan yang cukup banyak sebagai antisipasi banjir tidak kunjung surut. Hal itu dilakukan agar mereka tidak kelaparan karena layanan pesan antar makanan tidak dapat dilakukan karena kemungkinan akses jalan ditutup akibat banjir. Hingga siang hari, beberapa barang sudah mulai diangkut dan sisanya masih dibiarkan di lantai 1. 

Layla mencoba melihat dari atas balkon dan sejauh mata memandang hanya ada air coklat yang menggenangi rumah – rumah tetangga Nisa. Beberapa orang lainnya gotong royong mengangkat seorang nenek yang lumpuh untuk dibawa ke tempat yang lebih aman. Selain itu, juga terlihat anak – anak kecil bermain air di luar padahal hujan masih terus turun meskipun hanya rintik – rintik. Sedangkan kami di dalam rumah menghabiskan waktu dengan mengobrol agar suasana jadi agak santai sambil menunggu hujan reda dan air surut. Menjelang sore, hujan berhenti dan perlahan air yang setinggi lutut orang dewasa pun juga ikut menurun. Meskipun belum surut semua tapi kami sedikit lega dan berharap malam ini bisa tidur dengan tenang. Akhirnya kami memutuskan untuk turun ke bawah melihat kondisi. Layla menyarankan kepada teman-teman untuk menggunakan pelindung seperti sepatu yang tertutup seperti sepatu boots untuk melindungi diri dari air yang masih ada. Hal ini, untuk mengantisipasi terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan seperti tertusuk paku atau yang dapat melukai kaki mereka. Layla dan teman – temannya pun bergotong royong untuk membersihkan rumah Nisa dari air yang masih tersisa sambil mengobrol untuk mencairkan suasana.

“ Nis, kamu tau nggak apa yang harus dilindungi setelah adanya banjir?” tanya Layla sambil membuang air menggunakan lap pel.

“ Dokumen penting seperti ijazah, akta kelahiran surat tanah dan lain-lain.” sahut Nisa yang sedang menata kursi meja makan.

“ Bukan cuma itu Nis, tapi diri kita sendiri yang harus dilindungi dari wabah penyakit” jawab Layla.

Layla adalah mahasiswi keperawatan. Ia sering sekali memberi nasihat kepada teman-teman untuk menjaga kesehatan diri sendiri dari lingkungan yang bersih. Pasca banjir terkadang menjadikan orang – orang lupa bahwa selain harta benda mereka juga harus menyelamatkan diri sendiri. Banjir dapat terjadi akibat kurangnya resapan air atau aliran air tersumbat. Ketika tidak dapat menampung, air akan menyebar kemana – mana dan masuk ke dalam rumah. Dalam kondisi seperti ini, segala kemungkinan bisa terjadi. Mulai dari meningkatnya resiko terkena penyakit. Untuk itu, kita perlu untuk menjaga kesehatan dan diri sendiri. 

Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan. Jika air sudah mulai surut kamu bisa membersihkan lantai dengan cairan anti kuman. bersihkan juga perabotan yang sudah terendam dengan air menggunakan desinfektan agar kuman tidak menyebar dan jangan lupa untuk rajin cuci tangan dengan sabun. Selain itu, perlu di waspadai bahwa bahan makanan dan air  yang ada dapat terkontaminasi dengan kuman sehingga ada baiknya kamu minum air kemasan botol atau merebus air sendiri dan tidak makan – makanan sembarangan. Banjir juga menjadi kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang biak, sehingga ada baiknya jika kamu membasminya dengan melakukan pencegahan seperti menutup genangan air agar tidak menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Selalu jaga kesehatan dan bila perlu konsultasi ke dokter. Saat ini, konsultasi ke dokter tidak perlu repot dengan mengantri ataupun harus pergi ke rumah sakit. Proses administrasi dan registrast yang mudah dan tanpa harus menunggu lama karena data rekam medis pasien sudah tersimpan memudahkan dokter untuk menganalisis penyakitnya. Karena dengan AELL semua bisa dilakukan hanya dalam satu genggaman. Info selengkapnya dapat dikunjungi di https://aell.co/