Posted on

Kita Tak Tahu Sampai Kapan, Tetap Kuat Wuhan

Para warga diimbau untuk tidak keluar rumah demi menekan penyebaran virus mematikan. Kota yang menjadi tempat tinggal bagi 11 juta orang itu ditutup “lockdown” di tengah wabah penyakit pernapasan yang diakibatkan virus corona itu. Tetapi dalam masa isolasi ini, warga Wuhan bertekad untuk membangkitkan semangat satu sama lain. Hal ini juga dilakukan oleh sejumlah warga Indonesia. Seruan itu terdengar di sekitar sejumlah apartemen dan beberapa warga pun terdengar bersorak saling menguatkan. Warga negara Indonesia di Wuhan juga menceritakan semangat yang sama.

Yuliannova Chaniago, sedang menjalani pendidikan doktoral dalam bidang Hubungan Internasional di Central China Normal University di kota itu. Ia mengatakan jika diberi pilihan, ia ingin keluar dari China. Namun demikian, ia memahami hal itu tidaklah mudah karena kebijakan pemerintah China yang menutup Wuhan dan sejumlah kota lain. Saat ini, ia hanya bisa menunggu hingga masa lockdown itu selesai.

“Sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apa-apa. Tapi orang Indonesia di sini itu saling support, kasih semangat, itu yang kami lakukan di sini,” ujar Yuli melalui sambungan telepon.

Yuli saat diwawancarai sedang bersama dengan temannya sesama pelajar asal Indonesia, Eva Taibe, yang juga sedang menimba ilmu di universitas yang sama.

“Kita nggak tahu sampai kapan. Itu juga yang sebenarnya bikin khawatir, karena kita nggak tahu sampai kapan lockdown ini akan selesai,” ujar Eva, yang sedang menjalani pendidikan doktoral psikologi.

Wabah mematikan itu terjadi saat China merayakan salah satu tanggal terpenting dalam kalendernya, yaitu Tahun Baru Imlek. Akibat lockdown, transportasi umum tidak berjalan di kota itu. Lebih lagi, penggunaan kendaraan yang tidak penting juga dilarang di pusat kota Wuhan. Eva, yang tinggal di apartemen berjarak sekitar dua kilometer dari asrama kampus di mana Yuli menetap, memilih untuk jalan kaki untuk berkunjung ke rumah rekannya itu di kampus.

Sepanjang jalan, Eva menghitung kira-kira ada delapan toko yang sudah buka. Ia menjelaskan bahwa memang biasanya toko-toko tutup saat liburan Imlek. Hanya kali ini, tambahnya, kebanyakan toko tampaknya belum mulai beroperasi seperti saat perayaan-perayaan sebelumnya, dan jalanan pun sepi akibat wabah corona.

“Ada aktivitas di luar, tetapi tidak sepadat seperti biasanya. Biasanya kan kalau udah hari ke berapa Imlek ini sudah mulai rame nih. Tapi karena virus ini, epidemik ini, jadinya memang lebih hati-hati dan memilih untuk tinggal di dalam rumah,” ujar mahasiswi yang tinggal di Wuhan sejak 2016 itu.

Lebih dari 100 orang – kebanyakan di Wuhan – kini telah meninggal dunia di China akibat wabah yang telah menyebar ke seluruh negara itu. Beberapa negara lain juga telah mengkonfirmasi kasus pasien yang terjangkiti novel coronavirus, termasuk diantaranya Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Thailand, Australia dan Singapura.

Kota Wuhan kini secara efektif terisolasi, dengan pembatasan pada perjalanan masuk dan keluar, dan opsi transportasi umum dari bus hingga pesawat dibatalkan. Hal ini juga membuat sebagian warga negara Indonesia di kota itu khawatir soal pasokan kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan.

Saat mendapat kabar mengenai lockdown, Rio Alfi, seorang mahasiswa strata-dua di China University of Geosciences, mengaku ia belanja stok makanan lebih dari biasanya agar memiliki persiapan hingga sekitar satu pekan.

Rio tinggal bersama istri dan anak perempuannya di asrama kampus. Istrinya pun juga sedang menjalankan pendidikan di universitas yang sama. Mereka selama beberapa terakhir ini memilih untuk tidak keluar dari rumah sama sekali dan masih belum memutuskan kapan akan keluar untuk belanja makanan lagi. Rasa ketakutan itu, kata Rio, dipicu oleh jalanan yang tampak sepi, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa masih ada bahaya.

Rio juga khawatir karena masker yang ia gunakan masih menggunakan masker hijau yang biasanya dipakai sehari-hari, padahal anjuran masker yang dianjurkan adalah masker  N95 untuk lebih efektifnya. Rio juga berusaha untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihannya terjaga untuk terhindar dari virus. 

Kondisi virus corona ini memang sangat sensitif dikarenakan sulitnya mengetahui tempat atau lingkungan yang sudah terjangkit virus. Untuk itu masyarakat harus rutin mengecek kesehatan mereka ke rumah sakit terdekat sebagai bentuk perlindungan diri sejak dini. Untuk memudahkan rumah sakit dan pasien dalam proses medical check up history pentingnya catatan digital pasien yang dapat disimpan baik oleh baik maupun rumah sakit sebagai referensi kedepannya, AELL menjadi salah satu jawaban penting dalam membantu pasien dan rumah sakit untuk penyimpanan history check up pasien , data tersebut disimpan secara aman dan mudah untuk dilacak progressnya dengan menggunakan sistem blockchain yang jauh lebih aman dan terjamin dengan sistemnya yang terdesentralisasi. 

AELL juga memudahkan pasien dalam proses administrasi rumah sakit yang melelahkan, dengan menggunakan sistem AELL data-data pasien yang dapat secara otomatis terdaftarkan, seperti halnya saat ini banyak rumah sakit yang sedang dipenuhi oleh pasien untuk mengecek virus corona pada dirinya, tidak perlu lagi mengantri panjang menghabiskan waktu dan tenaga. AELL adalah jawaban kemudahan untuk kesehatan masyarakat, klik link berikut untuk informasi lebih lanjut https://www.aell.co/