Posted on

Benda Kecil yang Berdampak Pada Kematian

Mencari rezeki di Ibu Kota memang bukan hal yang mudah. Namun kerasnya Jakarta, tak pernah menurunkan semangat orang-orang untuk mencari rezeki. Pak Roni merupakan pemulung atau yang sehari-harinya bekerja mencari barang-barang bekas yang masih bisa dipakai atau diolah kembali. Ia selalu mencari dan meminta barang bekas yang sudah tidak dipakai sekitaran rumah saya. Pergi pagi pulang hingga larut malam, merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Tak kenal lelah, ia bekerja demi menghidupi keluarga kecilnya dan pendidikan anak-anaknya. Teriknya matahari, lebatnya air hujan, bukanlah penghalang bagi Pak Roni mencari barang-barang bekas yang bisa dijual kembali. Menahan rasa lapar sudah biasa dia rasakan. Rasa iba sering menyelimuti hati saya. Tak sungkan bagi saya memberikan sebungkus nasi untuk mengganjal perutnya.

“Makasih banyak ya Neng, semoga kebaikannya dibalas sama yang Maha Kuasa.” ujar Pak Roni.

Saya menjawab “Sama-sama Pak, cuman nasi sama lauk sedikit aja kok. Dirumah sudah tidak ada yang makan, sayang kalau dibuang”.

Hari Minggu memang rutinitas keluargaku untuk beres-beres rumah. Ganti sprei semua kamar, membersihkan debu, dan membuang kertas-kertas atau barang-barang yang sudah rusak atau tidak terpakai lagi. Kami semua memang memiliki kegiatan masing-masing di hari Senin sampai Jumat. Ibuku bekerja di toko milik keluarga, pulang dari toko menjelang maghrib. Ayahku bekerja di salah satu bank swasta, dan saya bekerja disalah satu perusahaan swasta. Kami tidak memiliki asisten rumah tangga, semua pekerjaan rumah kita kerjakan bersama. 

“Teh, nanti barang-barang yang udah gak kepake disatukan taruh di kardus ya. Biar besok Pak Roni gampang ambilnya. Ujar Ibuku.

“Iya bu” saut ku.

Pak Roni memang sudah langganan keluarga kami untuk mengambil sampah rumah dan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai. Hari senin, tepatnya tanggal 27 Januari. Saya ingat, saya meliburkan diri dari kerjaan, badan ini terasa lelah, suhu badan juga cukup tinggi, ditambah perut sakit akibat datang bulan. 

“Brukk, srekkkk..”Suara Pak Roni yang sedang mengangkut sampah didepan rumah .

Ku buka pintu, Pak Roni tampak kaget melihat keberadaan saya. Melihat wajahnya yang tampak kehausan, ku ambil segelas air putih untuk diminumnya. Kami pun berbincang mengenai kehidupan. Kagum dan salut, itulah yang saya rasakan.

“ya Tuhan, terima kasih atas keberkahanMu hari ini, saya masih bisa bekerja, diberikan kondisi badan yang sehat. Lancarkanlah rezekiku hari ini ya Tuhan”. 

Doa wajib yang dipanjatkan Pak Roni sebelum beraktivitas. Begitu katanya. Banyak sifat positif yang ada di dalam diri Pak Roni. Salah satunya adalah selalu bersyukur dan jarang mengeluh. Katanya jika mengeluh, maka rezeki kita akan terhambat. Namun beberapa minggu ini, sampah rumah kami menumpuk. Kata Ibu, Pak Roni sedang sakit tak tau sakit apa, karena dibawa pulang ke rumahnya daerah Bekasi. Hari berlalu, Ibu ku mendengar kabar, bahwa Pak Roni telah tiada. Bergegaslah kami semua ke rumah Pak Roni untuk menyampaikan bela sungkawa. Bendera kuning terpasang jelas disekitar rumah Pak Roni. Awan mendung seakan mewakili kesedihan keluarga Pak Roni. Ibu  ku menghampiri istri Pak Roni, dan menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Roni. 

Mengalir secara alami, istri Pak Roni bercerita penyebab kematiannya. Waktu mencari barang bekas, Pak Roni tidak sengaja menginjak paku kecil yang sudah karatan. Dianggap sepele dan tidak diperhatikan, semakin hari tubuh Pak Roni tidak berdaya. Demam tinggi, menggigil sempat dirasakan. Ketika dibawa kerumah sakit, proses administrasi ternyata membutuhkan waktu yang lama. Keluarga Pak Roni termasuk golongan tidak mampu, maka sulit untuk memenuhi biaya rumah sakit. Data-data Pak Roni di rumah sakit juga tidak ada, seharusnya data-data riwayat pasien sudah tersedia. Karna tidak langsung dibawa kerumah sakit ketika menginjak paku berkarat, dan keterlambatan penanganan rumah sakit, nyawa Pak Roni tidak tertolong. Ternyata, bolos kerjaku kemarin memang sudah rencana Tuhan untuk ku bisa berbincang dengan Pak Roni. Itulah nasehat beliau, bahwa hidup jangan banyak mengeluh, karena jika mengeluh maka rezeki kita akan terhambat.

Seharusnya pihak rumah sakit menerapkan sistem blockchain. Dengan aplikasi AELL, Pak Roni bisa cepat ditangani, karena data pasien yang sudah di registrasi sudah bisa tercatat dengan rinci. Untuk proses administrasinya pun dapat dimudahkan dengan aplikasi ini sehingga pasien tidak harus menunggu lama untuk registrasi segala macamnya yang rumit dan memakan banyak waktu. Dengan AELL semua dapat dimudahkan dan akan ada banyak nyawa yang bisa terselamatkan dengan bantuan aplikasi ini. Informasi lebih lanjut kunjungi website www.aell.co.id